Kamis, 23 Juli 2009

Australia Luncurkan Lexikon Islam


Buku berjudul “A Lexicon on Terror” merupakan proyek nasional Australia. Salah satu isinya berupa imbauan menghindari istilah “perang melawan teror”

Hidayatullah.com--Untuk pertama kalinya, Australia mengeluarkan sebuah kamus yang bertujuan untuk memandu politisi, polisi, dan pegawai negeri dalam membahas Islam dan terorisme dalam upaya mengurangi sentimen anti-muslim yang terus berkembang.

Buku ini berjudul A Lexicon on Terror yang disponsori oleh Dellal's Foundation dan kepolisian negara bagian Victoria. Buku ini dipublikasikan dan didistribusikan di kalangan petugas, pejabat, dan politisi Victoria pada akhir tahun, ujar Stephen Fontana, Asisten Komisaris dan Kepala Koordinasi Kontraterorisme dan Manajemen Darurat untuk Kepolisian Victoria. Bahkan sebelum dipublikasikan, buku ini semakin populer dan menjadi proyek nasional.

Dalam buku itu, politisi diberitahu tentang istilah-istilah yang harus dihindari saat berbicara tentang teror, termasuk istilah 'terorisme Islam', 'fasis-Islam', dan 'Muslim moderat'.

Istilah lain seperti 'penampilan Timur Tengah' yang menyebutkan penampilan etnis dan fisik yang dapat dikaitkan dengan terorisme. Tapi satu istilah pertama yang harus dihindari para pejabat adalah 'perang melawan teror', yang diinterpretasikan oleh kalangan muslim sebagai perang melawan Islam, ujar Hass Dellal, ketua Yayasan Multikultural Australia (AMF).

Australia bukanlah negara pertama yang mengadopsi pendekatan linguistik untuk melepaskan Islam dari istilah terorisme.

Pada 2006, Austria, yang saat itu mendapat giliran sebagai ketua Uni Eropa, membuat dokumen yang berisi kosa kata tentang Islam dalam sebuah leksikon komunikasi publik yang pertama yang bertujuan untuk menghindari terminologi atau istilah yang menyudutkan tentang Islam. Dokumen itu menolak penggunaan istilah 'terorisme Islam' karena itu mengaitkan Islam dengan terorisme.

Kemenlu Inggris juga memerintahkan para diplomat dan juru bicaranya untuk tidak menggunakan kata 'perang melawan teror' untuk menghindari kesan negatif karena bersifat kontraproduktif.

Bahkan di Amerika, yang merupakan awal penggunaan istilah perang melawan teoris, pemerintahan mantan Presiden George W Bush tahun lalu mengeluarkan kamus berisi ungkapan dan istilah yang tidak boleh dipakai oleh para diplomat atau pejabat lain yang menghubungkan antara Islam dan terorisme.

Pihak pemberi sponsor menyebutkan gagasan itu muncul setelah seruan berulang-ulang dari masyarakat Australia. Banyak orang merasa prihatin karena mencap Islam dengan kekerasan dan terorisme.

Menurut Fontana, tujuan utama buku panduan itu adalah untuk mengurangi perasaan diasingkan di kalangan muslim Australia, khususnya kaum muda. Sebagian menilai pernyataan itu tidak berbahaya, namun ada sebagian lain yang menganggapnya sebagai suatu serangan. Atau mungkin ini semacam pendekatan lebih halus lagi kepada kaum Muslim. [iol/hat/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar